JAKARTA, RakyatMenilai.com – Gelombang kerusuhan yang melanda beberapa daerah di Indonesia memicu beragam analisis. Massa yang marah tak hanya merusak dan membakar gedung DPRD, namun juga menggeruduk rumah anggota DPR RI. Tercatat, beberapa gedung legislatif yang terbakar berada di Sulawesi Selatan, NTB, Sumatera Selatan, Makassar, Tegal, Cirebon, dan Kota Kediri. Bahkan, rumah pribadi anggota dewan seperti Sahroni dan Naba Urbach dari NasDem, serta Eko Patrio dan Uya Kuya dari PAN, turut menjadi sasaran penjarahan.
Salah satu pandangan yang paling provokatif datang dari Khalid Zabidi, seorang Aktivis ’98 yang dikenal sebagai Kang Alit. Dalam sebuah diskusi internal di grup WhatsApp Golkar Milenial, ia membeberkan dugaan adanya skenario besar di balik insiden ini.
Menurutnya, kerusuhan yang terjadi bukanlah murni ledakan kemarahan rakyat. Sebaliknya, ia melihatnya sebagai bagian dari pertarungan politik dan ekonomi tingkat tinggi yang melibatkan kelompok-kelompok kekuatan tak terlihat.
Khalid Zabidi menyebut bahwa aktor di balik layar adalah para “Konglo Hitam”—sebuah istilah yang merujuk pada sekelompok konglomerat yang ia duga memanfaatkan situasi untuk kepentingan mereka.
Ia berargumen bahwa para Konglo Hitam ini sengaja memanfaatkan momentum kemarahan rakyat terhadap isu-isu tertentu. Dengan demikian, kesalahan mereka selama ini yang dituding merampok negara menjadi teralihkan kepada DPR dan kepolisian.
”Para Konglo Hitam memanfaatkan momentum kemarahan rakyat, kesalahan mereka selama ini merampok negara teralihkan kepada DPR dan Polisi,” tulis Kang Alit dalam pernyataannya.
Langkah ini, menurutnya, adalah bentuk perlawanan dari kelompok-kelompok tersebut terhadap pemerintahan baru. Mereka merasa terdesak dan tidak leluasa lagi seperti pada masa kekuasaan Joko Widodo.
Ada dugaan kuat bahwa para Konglo Hitam ini bergerak dengan kekuatan uang. Tujuannya, bukan sekadar memecah belah, melainkan untuk menjatuhkan Presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.
”Ada info konglo hitam ini bergerak dengan uang mereka ingin menjatuhkan Prabowo dan Gibran, menghendaki Indonesia Chaos dan akan memilih pemimpin baru yang dalam kendali mereka,” ungkap Khalid Zabidi.
Dengan menciptakan kekacauan, mereka berharap dapat menggagalkan agenda pemerintahan baru dan mengendalikan arah politik negara melalui pemimpin yang bisa mereka kendalikan sepenuhnya.
Dalam pandangan Kang Alit, urusan dengan DPR dan Polisi ini hanya “sasaran antara” saja. Ia menegaskan bahwa ada urusan yang jauh lebih besar dan krusial, yaitu upaya untuk memberangus gagasan Prabowo yang ia sebut sebagai “sosialistik kerakyatan Ekonomi Konstitusi.”
Tragisnya, di tengah kerusuhan yang berlangsung selama seminggu, para “Konglo Hitam” ini justru ‘aman’ dan tidak menjadi sasaran kemarahan rakyat. Padahal, menurut Khalid Zabidi, merekalah yang dituding berada di balik skenario tersebut.
Analisis dari Aktivis 98 ini memberikan perspektif baru yang menempatkan kerusuhan sebagai fenomena yang lebih kompleks, bukan sekadar ledakan amarah rakyat, melainkan manifestasi dari pertarungan kekuasaan yang lebih dalam. (RAZ)