JAKARTA, RakyatMenilai.com – Sebuah insiden kecil namun penuh makna terjadi saat Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyambangi kediaman mantan Wakil Presiden RI ke-6, Jenderal (Purn) Try Sutrisno. Kehadiran Gibran di kediaman jenderal senior tersebut ternyata memicu momen tak terduga, yang berujung pada teguran keras kepada ajudan Gibran.
Momen ini bermula saat Gibran hendak masuk ke dalam rumah Try Sutrisno dalam rangka silaturahmi dan mengantarkan undangan peringatan HUT ke-80 RI.
Sebagai bentuk penghormatan, Gibran melepas sepatunya sebelum memasuki rumah.
Istri Try Sutrisno, Tuti Try Sutrisno, yang menyambut Gibran, sontak bertanya mengapa sang Wapres melepaskan sepatunya.
”Kok dilepas sepatunya?” tanya Tuti Sutrisno, dilansir dari Tribunnews.
Gibran menjelaskan bahwa ia sengaja melakukan itu karena takut mengotori lantai. “Oh jangan, jangan, sepatunya kotor,” jawab Gibran.
Namun, momen canggung itu mencapai puncaknya di teras rumah, ketika Try Sutrisno menyoroti ajudan Gibran, Letkol Devy Kristiono.
Try Sutrisno menegur ajudan tersebut karena membiarkan Gibran melepas sepatu.
Dengan nada tegas khas seorang jenderal, Try Sutrisno menyampaikan kalimat yang menjadi sorotan.
”Ini bukan masjid. Ini rumah. Tidak boleh buka sepatu,” ujar Try Sutrisno, langsung mengarah ke Letkol Devy Kristiono.
Sang ajudan, yang terkejut, terlihat hanya bisa mengangguk dan menundukkan badan sebagai respons hormat.
Sosok Try Sutrisno sendiri adalah seorang jenderal purnawirawan TNI AD yang pernah menjabat Panglima ABRI dan menjadi Wakil Presiden mendampingi Presiden Soeharto dari tahun 1993 hingga 1998.
Teguran ini bisa dimaknai sebagai pelajaran tak langsung dari seorang pemimpin senior kepada generasi penerus.
Di sisi lain, publik juga menyoroti sosok ajudan Gibran, Letkol Devy Kristiono.
Sebagai perwira menengah TNI AD lulusan Akmil 2002, Devy bukan orang asing bagi Gibran. Ia pernah bertugas di Grup 2 Kopassus Kandang Menjangan, Kartasura, hingga menjabat Komandan Kodim 0735 Surakarta.
Latar belakang ini menunjukkan Devy adalah ajudan kepercayaan yang sudah mengenal seluk-beluk Solo, kampung halaman Gibran.
Meskipun terjadi insiden kecil, Gibran menunjukkan rasa hormatnya kepada senior.
Melalui media sosialnya, Gibran mengungkapkan tujuan kunjungannya dan mengaku mendapat banyak pelajaran berharga dari Try Sutrisno.
”Saya belajar banyak dari pengalaman kepemimpinan Bapak Try utamanya terkait pentingnya pembangunan sektor pendidikan dan kesehatan sebagai pondasi kemajuan bangsa,” tulis Gibran.
Momen ini menjadi cerminan bahwa, meski ada perbedaan generasi dan gaya kepemimpinan, jalinan silaturahmi dan penghormatan kepada senior tetap dijaga.
Sumber: Tribunnews







