​Langkah Drastis Suriah: Mengembalikan Nilai Mata Uang dengan Menghapus Dua Nol

Di Balik Keputusan Berani yang Menandai Akhir Era Assad

Berita129 Views

Rangkuman

​Suriah akan menerbitkan uang kertas baru pada Desember, menurut sejumlah sumber. Perubahan ini bertujuan untuk memulihkan kepercayaan pada mata uang Pound yang terdevaluasi dengan menghilangkan dua nol dari denominasi. Langkah ini juga memiliki makna simbolis, menandai pergeseran dari kekuasaan mantan Presiden Bashar al-Assad. Perusahaan percetakan uang Rusia, Goznak, kembali ditunjuk untuk mencetak uang baru ini, sama seperti saat era pemerintahan Assad.

Damaskus, RakyatMenilai.com — Pemerintah Suriah mengambil langkah drastis untuk menyelamatkan mata uang mereka yang terpuruk. Melalui Bank Sentralnya, Suriah berencana mencetak uang kertas baru dengan menghilangkan dua nol, sebuah upaya untuk memulihkan kepercayaan publik setelah nilai Pound Suriah anjlok.

​Langkah ini diungkapkan oleh beberapa sumber dan dokumen yang ditinjau oleh Reuters. Tujuannya jelas: mengembalikan daya beli Pound Suriah yang telah jatuh ke rekor terendah setelah konflik 14 tahun yang berakhir dengan lengsernya Presiden Bashar al-Assad pada Desember lalu.

​Konflik berkepanjangan ini membuat ekonomi Suriah babak belur, dengan inflasi yang meroket dan mata uang yang kehilangan nilainya secara drastis, membuat warga kesulitan dalam melakukan transaksi sehari-hari.

​Rencana ini dikonfirmasi langsung oleh Gubernur Bank Sentral Suriah, Abdelkader Husrieh. Ia menyebut revaluasi ini sebagai pilar strategis dari reformasi fiskal dan moneter.

​”Kami telah membentuk komite… untuk menentukan persyaratan perubahan dalam mata uang,” katanya kepada Al Arabiya. Ia juga menekankan bahwa mata uang baru ini adalah sebuah “keharusan”.

​Pergeseran Politik dan Dolarisasi Ekonomi

​Di bawah kepemimpinan Assad, penggunaan mata uang asing dilarang. Namun, para pemimpin baru Suriah berjanji untuk menciptakan ekonomi pasar bebas dan mencabut pembatasan untuk mempermudah arus kas.

​Meskipun ekonomi Suriah telah beralih ke dolar secara cepat—dengan harga dalam dolar AS terpampang di mana-mana, mulai dari etalase toko hingga pompa bensin—ada kekhawatiran tentang krisis likuiditas Pound Suriah. Apalagi negara ini memiliki infrastruktur terbatas untuk pembayaran digital.

​Tiga bankir Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa salah satu pendorong utama di balik perombakan mata uang ini adalah kekhawatiran atas perkiraan 40 triliun Pound yang beredar di luar sistem keuangan formal. Menerbitkan uang kertas baru akan memberikan pemerintah pengawasan yang lebih baik terhadap uang tunai yang beredar.

​Langkah ini juga memiliki bobot simbolis, menandakan pemutusan yang jelas dari lebih dari lima dekade pemerintahan Assad. Wajah Bashar al-Assad muncul pada uang kertas 2.000 Pound berwarna ungu, sementara ayahnya, Hafez, ada pada uang kertas 1.000 Pound berwarna hijau.

​Persiapan dan Tanggal Peluncuran

​Dua bankir dan seorang perantara Suriah lainnya mengatakan kepada Reuters bahwa Suriah telah setuju dengan perusahaan milik negara Rusia, Goznak, untuk memproduksi uang kertas baru. Mereka mencatat bahwa kesepakatan itu disimpulkan selama kunjungan delegasi Suriah ke Moskow pada akhir Juli. Goznak juga mencetak mata uang Suriah selama era Assad, tambah para jurnalis.

​Pejabat berencana melakukan kampanye informasi dalam beberapa minggu mendatang, sebelum peluncuran resmi uang kertas baru pada 8 Desember. Tanggal tersebut merupakan peringatan satu tahun penggulingan Assad.

​Dua direktur bank komersial mengatakan kepada Reuters bahwa Bank Sentral Suriah telah menginstruksikan para pemberi pinjaman untuk bersiap menghadapi peluncuran pada pertengahan Oktober.

​Sirkular bank sentral yang dilihat Reuters meminta bank-bank untuk membuat laporan terperinci tentang infrastruktur mereka. Laporan tersebut termasuk jumlah kamera, mesin penghitung uang, dan kapasitas penyimpanan, serta menjalankan tes untuk memastikan sistem otomatis dapat menangani mata uang baru.

​Kelima bankir komersial tersebut juga diberitahu bahwa masa “koeksistensi” selama 12 bulan akan memungkinkan uang kertas lama dan baru beredar hingga 8 Desember.

​Tantangan yang Mengintai

​Meskipun terdengar menjanjikan, ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah potensi kebingungan di kalangan konsumen, terutama bagi warga lanjut usia.

​Karam Shaar, seorang ekonom Suriah terkemuka dan konsultan PBB, menilai langkah ini dapat menimbulkan kebingungan. Ia juga menyoroti kurangnya kerangka kerja yang jelas.

​Menurutnya, “Suriah bisa menerbitkan pecahan mata uang yang lebih tinggi… sambil menghindari biaya besar dari perombakan mata uang penuh.” Pernyataan ini disampaikan kepada Reuters.

​Rakyat Suriah tentu berharap langkah ini benar-benar membawa perubahan positif, bukan hanya sekadar menambah kebingungan.