Menteri Bahlil Bongkar Rahasia Sukses Turunkan Impor Solar RI Tinggal 4,9 Juta KL Berkat Biodiesel!

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia Targetkan B50 untuk Solar, Tolak Anggapan Negatif Etanol (E10) untuk Bensin: India Sudah Terapkan E30!

Menteri14 Views

Jakarta, rakyatmenilai.com — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan capaian signifikan Indonesia dalam mengurangi ketergantungan impor bahan bakar solar berkat program biodiesel. Saat ini, Indonesia berhasil menekan impor solar hingga menyentuh angka 4,9 juta kiloliter (KL) per tahun.

​Penurunan drastis ini, menurut Bahlil Lahadalia, merupakan hasil langsung dari penerapan campuran minyak sawit dengan solar atau biodiesel, yang saat ini sudah mencapai tingkat B40 (campuran minyak sawit 40\%).

​“Solar kita sekarang, kita impor itu tinggal 4,9 juta ton (KL) per tahun. Kenapa itu terjadi? Karena kita itu mampu melakukan transformasi ke biodiesel. Konsumsi solar kita per tahun 34-35 juta ton,” kata Bahlil Lahadalia dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Jakarta Selatan, Selasa (28/10), seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Strategi Baru untuk Bensin: E10 Demi Lapangan Kerja

​Setelah sukses dengan biodiesel, Bahlil Lahadalia menyoroti tantangan besar berikutnya: impor bensin. Ia mencatat konsumsi bensin mencapai 42 juta KL per tahun, dengan 20 juta hingga 23 juta KL di antaranya masih impor.

​Pemerintah berupaya keras mengurangi impor bensin melalui penerapan E10, yaitu bahan bakar campuran bensin dengan 10 persen etanol. Etanol ini berasal dari bahan baku lokal seperti tebu, jagung, dan singkong.

​“Dan ini tidak hanya sekedar untuk mempertahankan energi kita, tapi juga menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah. Jadi ada instrumen pertumbuhan yang bisa kita lakukan,” jelas Bahlil Lahadalia.

Bantahan Kualitas dan Perbandingan Global

Bahlil Lahadalia membantah anggapan bahwa etanol merupakan bahan yang tidak bagus dicampur dengan bensin. Ia menegaskan bahwa negara-negara lain sudah lebih dulu menerapkan kadar etanol yang lebih tinggi.

​Contohnya, India sudah mencapai kadar etanol 30 persen (E30), sementara Amerika Serikat (AS) dan Thailand sudah menggunakan E20 (campuran 20\% etanol).

​Oleh karena itu, ia meminta agar penerapan campuran etanol ke bensin tidak langsung dipandang negatif. “Jadi kita itu jangan selalu berpikir sesuatu yang seolah-olah ada sesuatu, sesuatu, sesuatu,” pungkas Menteri ESDM tersebut.

​Langkah strategis ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk mencapai kemandirian energi dan sekaligus menjadikan sektor energi sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi di tingkat daerah.

​{…}

Related Posts

Don't Miss