Mohammad Saleh Puji Langkah Bahlil Ekspor Listrik ke Singapura: Cerdas, Brilian, dan Pro Industri Hijau

Wakil Ketua DPRD Jateng Apresiasi MoU Bahlil Lahadalia yang Syaratkan Pembangunan Kawasan Industri di Batam dan Proyek CCS

Daerah14 Views

Semarang, rakyat menilai — Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Mohammad Saleh, menilai keputusan pemerintah mengekspor listrik energi terbarukan ke Singapura melalui Memorandum of Understanding (MoU) sebagai tindakan cerdas dan brilian.

Hal ini disampaikan Saleh kepada Golkarpedia saat menanggapi kesepakatan yang diinisiasi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dengan persyaratan pembangunan kawasan industri berkelanjutan di Batam oleh Singapura.

“Keputusan pemerintah yang diwakili oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk ekspor listrik ke Singapura dengan syarat Singapura membangun kawasan industri di Batam dan sekitarnya serta persyaratan carbon capture merupakan tindakan yang cerdas dan brilian,” tegas Mohammad Saleh, politisi Partai Golkar yang juga lulusan Magister Energi Universitas Diponegoro ini.

Ia menekankan bahwa energi hijau krusial bagi visi Indonesia bebas polutan. “Ke depan, energi baru terbarukan sangat dibutuhkan dalam kerangka mewujudkan visi Indonesia yang bebas polutan dan mengurangi penggunaan energi fosil,” tuturnya.

Pernyataan Mohammad Saleh tersebut juga selaras dengan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060 serta mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Energi terbarukan dinilai menjadi kunci dalam transformasi energi nasional yang berkelanjutan.

Sebagaimana diketahui, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa ekspor listrik ke Singapura dibarengi dengan komitmen investasi energi terbarukan untuk pengembangan kawasan industri di Kepulauan Riau, tepatnya di kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK).

Hal ini diungkap Bahlil setelah menandatangani nota kesepahaman (MoU) ekspor listrik Indonesia-Singapura bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, pada Jumat (13/6/2025).

Adapun nilai investasi proyek energi terbarukan tersebut, di luar pembangunan kawasan industri, lebih dari US$10 miliar. Angka ini mencerminkan besarnya komitmen kedua negara dalam mengembangkan ekosistem energi hijau Indonesia.

Bahlil menegaskan bahwa kawasan industri Batam nantinya akan dibangun menyerupai konsep kawasan industri di Malaysia dan Singapura. “Kita bikin di situ supaya dekat dengan Singapura,” ucapnya. Lokasi strategis ini akan memudahkan distribusi listrik dan operasional kawasan industri.

Adapun kapasitas ekspor listrik EBT lintas batas ke Singapura diperkirakan mencapai 3,4 gigawatt (GW). Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya Indonesia dan 35,7 GWh produksi baterai.

Potensi investasi diestimasi mencapai US$30 miliar sampai US$50 miliar untuk pembangkit panel surya Indonesia, dan US$2,7 miliar untuk manufaktur panel surya serta sistem penyimpanan energi baterai (Battery Energy Storage System / BESS).

Menurut keterangan resmi Kementerian ESDM, MoU ini juga diperkirakan akan mendatangkan potensi penambahan devisa sebesar US$4 miliar – US$6 miliar per tahun, serta penerimaan negara sekitar US$210 juta – US$600 juta per tahun. Selain itu, proyek ini juga diproyeksikan menciptakan lebih dari 418.000 lapangan kerja dari sektor manufaktur, konstruksi, hingga operasional dan pemeliharaan panel surya dan BESS.

Langkah Bahlil tersebut tidak hanya membuka peluang perdagangan energi lintas negara, tetapi juga menegaskan pentingnya strategi industri hijau berbasis kolaborasi internasional. Dalam konteks pembangunan jangka panjang, pendekatan ini memperlihatkan keseriusan Indonesia dalam merancang kebijakan energi yang berpihak pada keberlanjutan, kemandirian ekonomi, dan keadilan pembangunan kawasan.

sumber: golkarpedia