Jakarta, RakyatMenilai.com – Menteri Komunikasi Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid membeberkan sebuah fenomena unik yang menunjukkan betapa pesatnya perkembangan teknologi. Dalam sebuah acara di Jakarta, Meutya Hafid menyebutkan bahwa ada sebuah negara yang sudah menugaskan robot kecerdasan buatan (AI) sebagai menteri.
Fenomena unik ini terjadi di Albania. Menurut Meutya, robot AI tersebut diberi tugas-tugas yang sangat strategis dalam pemerintahan.
”Ada menteri kecerdasan AI, ditugaskan hal yang strategis yaitu menyisir dan melakukan program serta lelang besar di pemerintahan Albania,” kata Meutya, dikutip dari Kompas.com.
Ia mengakui, meskipun perkembangan ini masih menjadi perdebatan etika dan hukum, namun kehadirannya sudah di depan mata.
”Itu sudah di depan mata dan sudah terjadi meski dari etika dan hukum masih menjadi perdebatan, tapi itu sungguh di depan mata,” ujarnya.
Lebih lanjut, Meutya Hafid menekankan sebuah poin penting: perkembangan teknologi digital tidak pernah menunggu.
Menurutnya, laju kecepatan teknologi tidak bisa dikendalikan secara tunggal oleh satu pemerintah di dunia.
”Kekhasan teknologi ini tidak menunggu, dan tidak ada pemerintah di dunia yang memastikan dan memutuskan laju kecepatan internet itu hadir di negaranya,” ujarnya.
“Karena akan sangat tergantung dengan negara sebelahnya dan negara teman-temannya. Jadi tidak ada satupun pemerintah yang bisa menentukan sendiri di kecepatannya mana bisa dibatasi dan di mana teknologi masuk,” tambah dia.
Oleh karena itu, Meutya Hafid mengingatkan bahwa setelah pemerintah fokus pada literasi digital, tantangan berikutnya yang lebih besar adalah AI.
Ia menyebut, AI akan datang dengan kecepatan yang luar biasa.
“Ketika kita mempersiapkan literasi, tantangan berikutnya datang dari AI, yang memang lebih jauh gagap gempita dalam kecepatannya,” kata Meutya.
Dalam menghadapi tantangan ini, ia pun mengajak seluruh pihak, termasuk media, untuk berkolaborasi.
”Dengan kecepatan ini kita berharap Kompas.com bisa membaca hal ini. Kadang teman media lebih cepat membacanya, kita perlu kolaborasi di literasi,” pungkasnya.