Di Balik Layar Wayang Golkar: Bahlil Akui Paham Filosofi Jawa Setelah Menikah dengan Wanita Jawa

Ketum Golkar Gelar "Semar Mbangun Kahyangan": Bahlil Hidupkan Tradisi Komunikasi Politik Warisan Soeharto

Parpol23 Views

Jakarta, rakyatmenilai.com — Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar menggelar Pagelaran Wayang Kulit dengan lakon “Semar Mbangun Kahyangan” dalam rangkaian Hari Ulang Tahun (HUT) ke-61 partai. Acara di halaman rumah besar DPP Golkar ini dipadati ribuan masyarakat dan menjadi penegasan komitmen partai untuk kembali pada pendekatan budaya yang berakar pada kearifan lokal.

​Pagelaran ini sangat meriah dengan menghadirkan dalang kondang Ki Cahyo Kuntadi, sinden Niken Salindri, serta seniman populer seperti Cak Percil. Selain pertunjukan budaya, Partai Golkar juga menyiapkan beragam doorprize mulai dari TV LED hingga iPad bagi penonton yang hadir, sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat yang memeriahkan HUT, sebagaimana dilaporkan Golkarpedia.

Sentuhan Personal Bahlil: Wayang dan Pengaruh Istri

​Ketua Umum DPP Partai Golkar yang juga menjabat Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, menegaskan bahwa pagelaran wayang kulit bukan sekadar hiburan semata, tetapi sarat dengan nilai-nilai kebijaksanaan dan filosofi kehidupan.

“Hadirin yang saya muliakan, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini. Ini bukan sekadar halaman kantor, tetapi rumah perjuangan Partai Golkar bersama rakyat Indonesia,” kata Bahlil dalam pidatonya, dikutip Golkarpedia.

​Menteri asal Papua ini turut menuturkan apresiasinya terhadap seni wayang dengan sentuhan yang sangat personal. Ia mengungkapkan bagaimana dirinya bisa memahami secara mendalam warisan budaya ini:

​”Saya yang berasal dari Papua awalnya tidak memahami wayang secara kaffah, tetapi setelah mempelajari dan melihat langsung prosesnya, apalagi istri saya orang Jawa, saya baru benar-benar mengerti bahwa wayang tidak hanya seni gerak. Ada seni pahat, seni suara, seni tutur, dan seni olah mengolah,” ujarnya yang disambut tawa hadirin.

​*Menghidupkan Tradisi Komunikasi Pak Harto

Bahlil lantas menceritakan bahwa Partai Golkar memiliki sejarah panjang dengan dunia pedalangan. Ia mengungkapkan bahwa wayang pernah menjadi salah satu media komunikasi politik dan sosial yang sangat kuat di era pemerintahan Presiden Soeharto.

“Di masa keemasan Golkar selama 32 tahun di bawah kepemimpinan Pak Harto, wayang menjadi instrumen komunikasi strategis antara pemerintah, partai, dan masyarakat. Banyak program pembangunan, seperti program KB, disosialisasikan melalui pertunjukan wayang karena lebih mudah diterima rakyat,” jelas Bahlil.

​Ia menambahkan bahwa tradisi positif itulah yang kini ingin dihidupkan kembali. Menurut Bahlil, budaya adalah pengikat persatuan.

“Kita tidak sekadar mengulang sejarah. Kita ingin merawat warisan baik dari para senior, melanjutkannya, dan mewariskannya kepada generasi baru Partai Golkar. Budaya adalah pengikat persatuan, dan Golkar ingin tetap berada di tengah-tengah masyarakat melalui pendekatan yang berakar pada kearifan lokal,” tegas Bahlil Lahadalia.

Pesan Moral “Semar Mbangun Kahyangan”

​Lebih jauh, Bahlil menjelaskan bahwa lakon “Semar Mbangun Kahyangan” dipilih karena menggambarkan peran tokoh Semar dalam membangun kembali tatanan kahyangan melalui kebijaksanaan, kesederhanaan, dan keteguhan moral.

​”Lakon ini mengajarkan bahwa untuk membangun sebuah tatanan yang baik, diperlukan kearifan, kesabaran, dan keberanian moral. Nilai-nilai seperti inilah yang harus menjadi pegangan kita, khususnya di tengah kondisi sekarang,” ungkapnya.

​Acara ini turut dihadiri sejumlah tokoh penting, antara lain Sekjen M. Sarmuji, Bendahara Umum Sari Yuliati, dan Ketua Umum Depinas SOKSI Misbakhun, menegaskan komitmen Golkar untuk merawat warisan budaya dan membangun harmonisasi di tengah dinamika politik nasional.

​(Sumber: Golkarpedia)