Surabaya, Rakyat Menilai — Gaya komunikasi politik Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendapat sorotan positif dari kalangan akademisi. Dosen FISIP Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Ken Bimo Sultoni, menyebut gaya bicara Bahlil sebagai “Bahlilian”: lugas, blak-blakan, dan minim retorika — layaknya pola komunikasi masyarakat Spartan di masa Yunani Kuno.
“Gaya Bahlil itu seperti bangsa Spartan yang dikenal dengan laconism, berbicara singkat namun penuh makna,” ujar Ken Bimo dalam tulisan opininya di Golkarpedia, Selasa (17/6/2025).
Ia mencontohkan beberapa pernyataan Bahlil yang menggambarkan gaya komunikasinya yang langsung menohok. Seperti saat membahas rendahnya produktivitas tenaga kerja, Bahlil mengatakan, “Jangan minum kopinya lebih lama daripada kerjanya.” Menurut Ken Bimo, kalimat itu sederhana namun punya dampak kesadaran pragmatis yang besar.
Dalam konteks komunikasi politik, gaya seperti ini masuk dalam kategori low-context communication, sebagaimana dijelaskan oleh antropolog Edward T. Hall. Dalam budaya ini, pesan disampaikan secara eksplisit dan transparan — bertolak belakang dengan gaya komunikasi politisi Indonesia pada umumnya yang cenderung simbolik dan tersirat.
“Bahlil tidak bersembunyi di balik jargon. Ia langsung menyampaikan posisi dan sikapnya. Ini membuat komunikasinya mudah diterima masyarakat luas,” kata Ken Bimo.
Ia membandingkan gaya Bahlil dengan beberapa tokoh lain seperti Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Donald Trump. Namun menurutnya, Bahlil lebih teknokratis dan nasionalistik dalam gaya komunikasinya.
Meski begitu, Ken Bimo mengingatkan bahwa gaya komunikasi seperti ini juga perlu diimbangi dengan kehati-hatian. “Apa yang sederhana diucapkan belum tentu sederhana dampaknya,” ujarnya.
Ia menyarankan agar gaya ‘Bahlilian’ terus dikembangkan menjadi lebih dialogis dan akuntabel. “Komunikasi politik bukan soal siapa yang paling lantang, tetapi siapa yang paling didengar dan dipercaya,” tutupnya.
sumber: golkarpedia.com







