Berlin, Rakyat Menilai– Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengungkap kritikannya terhadap kebijakan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR). Menurutnya kebijakan itu merugikan komoditas kehutanan Indonesia mulai dari sawit, kopi hingga kakao.
Hal tersebut diterangkan Wamendag Jerry usai mendampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto bertemu Wakil Kanselir sekaligus Menteri Perekonomian dan Aksi Iklim Republik Federal Jerman Robert Habeck di Berlin, Jerman kemarin, Senin (6/5).
“Dalam hal kebijakan lingkungan dan keberlanjutan, Indonesia mengedepankan keadilan. Implementasi EUDR jelas akan merugikan komoditas perkebunan dan kehutanan penting Indonesia, seperti kakao, kopi, karet, produk kayu, dan kelapa sawit,” tegas Jerry, dalam keterangannya, dikutip, Rabu (8/5/2024).
Jerry melanjutkan, langkah Indonesia tersebut mendapat dukungan dari negara- negara yang berpikiran sama, salah satunya Amerika Serikat (AS). Pada pertemuan dewan Agriculture Fisheries Council Configuration (AGRIFISH), sebanyak 20 dari 27 negara juga menyerukan penundaan EUDR, termasuk Jerman.
Sebagai informasi, Komisi Uni Eropa sudah menyetujui untuk memberlakukan Undang-undang anti-deforestasi pada 6 Desember 2022. Ketentuan ini mengatur dan memastikan konsumen di Uni Eropa untuk tidak membeli produk yang terkait deforestasi dan degradasi hutan.
Lengkapnya, undang-undang tersebut melarang sejumlah komoditas bagi konsumen Uni Eropa, antara lain minyak kelapa sawit, ternak, coklat, kopi, kedelai, karet dan kayu. Ini juga termasuk beberapa produk turunan, seperti kulit, cokelat, dan furniture. Dalam salah satu pasalnya mengelompokkan sawit sebagai tanaman berisiko tinggi. Padahal sawit menjadi komoditas ekspor andalan dari Indonesia, dengan kebijakan seperti ini sawit Indonesia kehilangan pasar penjualannya.
Jerry juga berujar, pertemuan bilateral Indonesia-Jerman tersebut juga mengangkat penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), Indonesia meminta Uni Eropa (UE) mengadopsi pendekatan pragmatis dan fleksibel untuk mencapai solusi yang disepakati bersama.
Pertemuan bilateral tersebut membahas sejumlah potensi kerja sama di bidang industri, perdagangan dan investasi, energi, dan pengembangan sumber daya manusia.
“Indonesia mendorong percepatan penyelesaian IEU-CEPA tahun ini. Terkait hal itu, Indonesia meminta Jerman untuk menyampaikan kepada negosiator UE agar fleksibel untuk mencapai solusi yang disepakati bersama. Kami berharap IEU-CEPA selesai dengan semangat yang ditunjukkan Kanselir Jerman Olaf Scholz saat menyambut Presiden RI Joko Widodo di sela-sela perhelatan Hannover Messe 2023 silam,” ujar Jerry.
Melalui pertemuan bilateral tersebut, Indonesia juga menyampaikan kesiapan bekerja sama dengan Jerman dan anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lainnya. Hal ini khususnya untuk mengimplementasikan Program Kerja Bersama OECD-Indonesia 2022–2025.
“Jerman berdiri sebagai ekonomi terbesar di UE sementara Indonesia di ASEAN. Kami sampaikan dalam pertemuan, Indonesia siap bekerja sama dengan Jerman dan anggota OECD lain terkait Program Kerja Bersama OECD-Indonesia 2022–2025. Indonesia juga meminta dukungan berkelanjutan Jerman dalam langkah selanjutnya, seperti peta jalan aksesi, tinjauan teknis, dan kegiatan lain untuk memenuhi persyaratan aksesinya, termasuk semua dukungan sumber daya yang diperlukan,” ungkap Jerry.
Baca artikel sumber di {golkarpedia.com}