Gerilya Investasi Bahlil Lahadalia: Rp1.600 Triliun Siap Kucur untuk Hilirisasi Raksasa RI

Menteri ESDM Paparkan Rencana Investasi US$100 Miliar untuk Percepatan Hilirisasi Nasional, Soroti Ekosistem Baterai dan Proyek Miliar Dolar

Menteri196 Views

rakyatmenilai.com – Di tengah ambisi besar Indonesia untuk melompat menjadi negara maju, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, kembali membuat gebrakan dengan pengumuman yang menggetarkan. Ia mengungkapkan bahwa investasi jumbo senilai US$100 miliar, atau setara dengan sekitar Rp1.600 triliun, siap mengalir ke sektor hilirisasi di Indonesia. Sebuah angka yang bukan main-main, menggambarkan skala upaya pemerintah untuk mengoptimalkan kekayaan alam.

Bahlil, dalam pernyataannya, tidak memerinci secara spesifik sektor hilirisasi mana yang akan menjadi tujuan utama gelontoran dana tersebut. Namun, dia menegaskan bahwa sudah saatnya Indonesia sepenuhnya menjalankan program hilirisasi, memproses komoditas mentah hingga menjadi produk bernilai tambah tinggi. Ini bukan sekadar wacana, melainkan sebuah keharusan demi kemandirian ekonomi.

Dari Produsen Baterai Kelas Dunia hingga Arahan Presiden Prabowo

Menteri Bahlil memberikan contoh konkret keberhasilan hilirisasi yang sudah berjalan. Ekosistem baterai untuk mobil listrik di Indonesia, dengan nilai investasi yang telah mencapai US$20 miliar, disebutnya telah menempatkan Republik Indonesia sebagai produsen baterai terbesar kedua di dunia, tepat di bawah Tiongkok. Sebuah pencapaian yang patut dicatat di panggung global.

Untuk ke depan, Bahlil menyebut investasi baru senilai US100 miliar itu akan datang. “Nanti bulan November ada investasi US100 miliar atau Rp1.600 triliun,” ujar Bahlil, dikutip Senin (21/7/2025) dari Ekonomi.Bisnis. Ia menambahkan, akan ada lagi pembangunan dari investor Tiongkok dan Korea, dengan nilai sekitar US$8 miliar, yang juga akan menjadi salah satu pemain terbesar dalam mengolah bahan baku nikel hingga menjadi cell battery. Ambisi ini bahkan sudah mendapat arahan langsung dari pucuk pimpinan: “Bahkan, Presiden Prabowo meminta hingga menjadi mobil listrik,” tegas Bahlil. Ia menilai hilirisasi tidak hanya meningkatkan nilai tambah komoditas, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional.

Proyek Dragon Melaju, Proyek Titan Menanti ‘Groundbreaking’

Untuk mendukung visi besar ini, beberapa proyek hilirisasi raksasa telah dan akan berjalan. Pemerintah baru saja meresmikan Proyek Dragon pada Juni 2025 dengan nilai investasi sebesar US$5,9 miliar. Proyek ini digadang-gadang mampu menghasilkan baterai kendaraan listrik (EV) dengan kapasitas hingga 15 GWh per tahun. Proyek Dragon merupakan konsorsium antara Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dengan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) dan Indonesia Battery Corporation (IBC), di mana CBL sendiri adalah anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).

Selain Dragon, pemerintah juga sedang mengejar target groundbreaking untuk proyek serupa, yakni Proyek Titan. Dalam kesempatan terpisah, Bahlil mengatakan groundbreaking proyek ekosistem baterai EV yang melibatkan konsorsium Zhejiang Huayou Cobalt Co dan IBC itu bisa dilakukan sekitar September-Oktober 2025. Wacana ini sedikit mundur dari rencana awal, yang sebelumnya sempat disebut Bahlil bakal dilakukan pada Agustus 2025.

Proyek Titan sendiri mencakup investasi pada proyek pertambangan nikel, smelter HPAL (High Pressure Acid Leaching), pabrik prekursor/katoda. Proyek ini sebelumnya sempat melibatkan LG Energy Solution Ltd. dengan komitmen investasi senilai US$9,8 miliar (setara Rp160,8 triliun) pada Proyek Titan dan Omega, sebelum Huayou menggantikan posisi LG. Bahlil menyebut, “Oh belum [groundbreaking dalam waktu dekat], nanti mungkin September-Oktober ya,” kata Bahlil singkat di kompleks DPR RI, Selasa (2/7/2025). Ia menambahkan, Proyek Titan ini bakal berlokasi di Maluku Utara.

Dengan deretan angka investasi triliunan rupiah dan ambisi yang meluas dari hulu ke hilir, di bawah kendali Menteri Bahlil Lahadalia, Indonesia bergerak cepat untuk mengubah wajah ekonominya dari pengekspor bahan mentah menjadi produsen produk jadi berteknologi tinggi. Tantangan percepatan dan konsistensi tentu menanti.

Related Posts

Don't Miss