Menu

Mode Gelap
Meutya Hafid Dukung Percepatan Penyelesaian RUU Penyiaran Hadapi Tantangan Digitalisasi Radio Terkait Isu Penerbitan Perppu MD3, Lodewijk Paulus Enggan Berspekulasi Jelang Pendaftaran Calon Kepala Daerah, Partai Golkar Bantul Gelar Rapat Konsolidasi Airlangga Hartarto Berduka Atas ‘Tewasnya’ Ismail Haniyeh, Minta Jangan Ada Lagi ‘Pembunuhan Politik’ Ingin Punya Pusat Penelitian Baterai EV di Morowali, Menko Luhut Kirim Mahasiswa Ke Tiongkok

Parlemen · 22 May 2023 05:57 WIB ·

Halal Bihalal Partai Golkar Kebumen, Bamsoet Minta Kader Menunggu Terkait Koalisi Capres/Cawapres 2024


 Halal Bihalal Partai Golkar Kebumen, Bamsoet Minta Kader Menunggu Terkait Koalisi Capres/Cawapres 2024 Perbesar

KEBUMEN, Rakyat MenilaiKetua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo meminta para kader Partai Golkar untuk bersabar terkait dengan pilihan koalisi capres/cawapres di pemilu 2024. Partai Golkar terus melakukan komunikasi politik dalam rangka membangun koalisi permanen, tidak saja dalam kepentingan capres/cawapres. Namun juga koalisi di parlemen.

Ketua Dewan Pembina SOKSI ini juga mengingatkan bagi bangsa Indonesia yang memiliki tingkat heterogenitas yang sangat tinggi, merawat persatuan dan kesatuan bangsa adalah sebuah keniscayaan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 273 juta jiwa, terdiri dari 1.340 suku yang memiliki 733 bahasa, serta menganut 6 agama serta puluhan aliran kepercayaan, adalah fakta sosiologis yang menempatkan bangsa Indonesia pada posisi yang rentan dari ancaman perpecahan.

“Kebhinekaan dalam negara yang kaya akan keberagaman hanya bisa wujudkan dengan komitmen kuat untuk mengelola kemajemukan dengan baik dan benar. Kegagalan dalam mengelola kemajemukan akan berpotensi mengakibatkan terjadinya gejolak sosial yang dapat mereduksi semangat persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan radikalisme, dan menumbuhkan konflik horisontal,” ujar Bamsoet saat memberikan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dan Halal Bihalal Kader di DPD II Partai Golkar Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, Minggu (21/5/23).

“Kebhinekaan dalam negara yang kaya akan keberagaman hanya bisa wujudkan dengan komitmen kuat untuk mengelola kemajemukan dengan baik dan benar. Kegagalan dalam mengelola kemajemukan akan berpotensi mengakibatkan terjadinya gejolak sosial yang dapat mereduksi semangat persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan radikalisme, dan menumbuhkan konflik horisontal,”.

Ketua MPR RI Bambang Soesatyo

Hadir antara lain Sekda Kabupaten Kebumen Ahmad Ujang Sugiono, Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Kebumen Halimah Nurhayati, pengurus serta kader Partai Golkar Kabupaten Kebumen.

Halal Bihalal Kader di DPD II Partai Golkar Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, Minggu (21/5/23).

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, dalam kehidupan demokrasi, persatuan tidak seharusnya dimaknai sebagai keseragaman yang bersifat simbolis dan atributif, tetapi pada kesatuan paradigma dan visi kebangsaan. Gagasan ini mengedepankan konsep wawasan kebangsaan sebagai cara pandang yang bersifat holistik, mampu melihat setiap persoalan dari berbagai sudut pandang, dengan tetap menjadikan persatuan dan kesatuan bangsa sebagai dasar pijakan.

“Kita dapat belajar dari referensi global bahwa pada masanya Uni Soviet dan Yugoslavia adalah representasi negara besar dan maju di kawasan Eropa Timur. Namun kegagalan dalam membangun semangat kebersamaan, dan kelalaian dalam merawat soliditas ikatan kebangsaan telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah-belah dan tercerai-berai,” kata Bamsoet.

“Kita dapat belajar dari referensi global bahwa pada masanya Uni Soviet dan Yugoslavia adalah representasi negara besar dan maju di kawasan Eropa Timur. Namun kegagalan dalam membangun semangat kebersamaan, dan kelalaian dalam merawat soliditas ikatan kebangsaan telah menyebabkan kedua negara besar tersebut terpecah-belah dan tercerai-berai,”.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bamsoet

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila, Wakil Ketua Umum FKPPI serta Kepala Badan Polhukam KADIN Indonesia ini juga mengingatkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, saat ini kita sedang dihadapkan pada berbagai tantangan, baik yang muncul dari faktor internal maupun eksternal, antara lain : (1) melemahnya pemahaman terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa; (2) kesenjangan sosial-ekonomi di tengah masyarakat; (3) de-moralisasi generasi muda bangsa; (4) potensi konflik horisontal di tengah kontestasi politik; dan (5) ancaman krisis dan hegemoni ekonomi-politik global.

Tantangan kebangsaan yang paling rawan hari ini adalah, masih adanya kesenjangan sosial-ekonomi di tengah masyarakat. Hingga September 2022, tingkat kemiskinan di negara kita tercatat sebesar 9,57 persen. Artinya, masih ada sekitar 26,36 juta orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pada periode yang sama, angka ketimpangan distribusi pendapatan atau dikenal dengan istilah rasio gini, tercatat sebesar 0,381, atau masih di bawah target yang ditetapkan pada RPJMN 2020-2024 sebesar 0,374.
Sebagai data pembanding, World In-equality Report tahun 2022 mencatat bahwa meskipun tingkat kekayaan masyarakat Indonesia meningkat signifikan sejak tahun 1999, namun tingkat ketimpangan kekayaan masih cenderung stagnan. Rasio kesenjangan pendapatan pada tahun 2021 berada di level 1 banding 19. Artinya, jumlah penduduk terkaya memiliki pendapatan rata-rata 19 kali lipat lebih tinggi dari jumlah penduduk termiskin.

“Kesenjangan ekonomi ini tidak boleh kita abaikan begitu saja, karena jika merujuk pada survei Litbang KOMPAS, bahwa 19,2 persen terjadinya aksi radikalisme di Indonesia dipicu oleh faktor ekonomi,” jelas Bamsoet.

Terkait kebhinekaan, Bamsoet menjelaskan, upaya merawat kemajemukan Indonesia harus dilandasi oleh kesadaran bahwa keberagaman adalah fitrah kebangsaan yang harus dijaga bersama. Di sisi lain, kebersamaan sebagai sebuah bangsa juga harus ditopang oleh pondasi yang mengakar kuat, agar tidak mudah goyah oleh berbagai potensi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan.

“Kesenjangan ekonomi ini tidak boleh kita abaikan begitu saja, karena jika merujuk pada survei Litbang KOMPAS, bahwa 19,2 persen terjadinya aksi radikalisme di Indonesia dipicu oleh faktor ekonomi,”.

Bamsoet

Dalam konteks ke-Indonesiaan, pondasi tersebut mewujud pada sikap tenggang rasa dan semangat gotong royong. Sikap tenggang rasa adalah upaya menjaga perasaan, menempatkan situasi dan kondisi diri pada situasi dan kondisi yang dialami orang lain, sebagai cerminan sikap penghargaan dan penghormatan terhadap orang lain.

“Sedangkan gotong royong adalah warisan kearifan lokal yang telah membudaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia dengan mengedepankan kerjasama, tolong-menolong, bahu-membahu, serta menempatkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi dan golongan. Namun kita juga menyadari, bahwa kedua pondasi tersebut hanya akan benar-benar bermakna, ketika dimanifestasikan dalam tindakan nyata, dan tidak hanya berhenti pada sebatas ide dan gagasan,” pungkas Bamsoet. (*)

Artikel ini telah dibaca 6 kali

badge-check

Penulis

Baca Lainnya

Doli Golkar Pasang Badan untuk Bahlil! Balas Kritik Dasco Soal Gas Melon: “Tak Mungkin Menteri Jalan Sendiri!”

7 February 2025 - 19:07 WIB

Penembakan PMI di Malaysia Bukan yang Pertama! Yahya Zaini: ‘Ini Kali Ketiga, Pemerintah Jangan Diam!’

31 January 2025 - 06:22 WIB

RUU Minerba Beri Kampus Izin Tambang! Hetifah Sjaifudian: ‘Harus Transparan, Jangan Sampai Jadi Ladang Eksploitasi!’

30 January 2025 - 08:53 WIB

Omnibus Law Politik di Depan Mata! Adies Kadir: “Partai Golkar Komit Kajian Holistik dan Komprehensif!”

20 January 2025 - 17:44 WIB

Ahmad Doli Tegaskan: ‘Parliamentary Threshold Harus Tetap Ada, Jangan Dihapus!’

20 January 2025 - 17:18 WIB

Bantuan Aspirasi Disalahgunakan, Firman Soebagyo: Jangan Main-Main, Ada Hukum Pidananya!

14 January 2025 - 14:41 WIB

Trending di Parlemen