JAKARTA, RakyatMenilai.com – Insiden tragis yang melibatkan mobil rantis Brimob dan seorang pengemudi ojek online (ojol) di Jakarta telah memicu gelombang kecaman yang masif dari publik. Di berbagai platform media sosial, mulai dari X hingga TikTok, luapan emosi warganet disertai dengan jargon-jargon lama yang kembali populer, yakni ‘ACAB’ dan ‘1312’.
Jargon-jargon ini digunakan secara meluas sebagai bentuk protes dan tuntutan agar aparat yang terlibat segera diproses hukum. Munculnya kembali istilah ini menunjukkan betapa sensitifnya isu kekerasan aparat di mata publik, terutama ketika ada nyawa yang menjadi korban. Banyak masyarakat yang belum familiar dengan kedua istilah ini pun bertanya-tanya tentang makna di baliknya.
ACAB adalah singkatan dari frasa “All Cops Are Bastards” yang artinya “Semua Polisi Adalah Bajingan”. Sementara itu, 1312 adalah representasi numerik dari singkatan tersebut, di mana angka-angka tersebut mewakili urutan huruf A, C, A, dan B dalam urutan abjad. Istilah ini bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah simbol perlawanan yang memiliki sejarah panjang.
Jauh sebelum menjadi viral di media sosial, ACAB pertama kali muncul di Inggris pada tahun 1920-an. Saat itu, para pekerja yang merasa tertindas oleh otoritas menjadikan istilah ini sebagai bentuk perlawanan terhadap polisi yang mereka anggap melindungi para pejabat otoriter.
Mengutip laporan dari GQ Magazine, frasa “All Coppers are Bastards” mulai disingkat menjadi ACAB oleh para pekerja yang melakukan mogok pada tahun 1940-an.
Namun, ACAB benar-benar mendapatkan makna modernnya pada tahun 1970 ketika sebuah surat kabar, Daily Mirror, memuat frasa tersebut sebagai tajuk utama.
Artikel tersebut menceritakan penangkapan seorang remaja yang menyulam frasa ACAB di jaketnya, meniru tulisan yang ia lihat dari jaket komunitas motor Hells Angel.
Meski remaja itu lolos dengan denda, tajuk utama tersebut menjadikan akronim ACAB sebagai semboyan bagi generasi muda yang tengah dilanda keresahan sosial. Dari situlah ACAB menemukan jalan barunya.
Istilah tersebut dengan cepat menyebar dan diadopsi oleh gerakan punk yang sedang berkembang. Gerakan ini membawa ACAB ke seluruh dunia, di mana ia menjadi semboyan bagi gerakan anarkis dan anti-otoriter, dari New York hingga Indonesia.
Salah satu media utamanya, tentu saja, adalah musik punk. Contoh yang paling terkenal adalah lagu berjudul “ACAB” yang dirilis oleh band London, 4-Skins. Sejak saat itu, ACAB menjadi simbol yang fleksibel dan dapat digunakan dalam berbagai nuansa.
Kini, ACAB mencapai puncak popularitas barunya. Jargon ini bukan hanya digunakan oleh para anarko-punk, tetapi juga oleh masyarakat umum yang meluapkan emosi melalui media sosial. Video-video TikTok berlabel #acab bahkan telah ditonton lebih dari setengah miliar kali.
Meskipun tampak muncul secara tiba-tiba, ACAB telah muncul sesekali dalam gerakan anti-kekerasan aparat, seperti yang terlihat dalam gerakan Black Lives Matter di Amerika Serikat.
Loncatan popula







