Ironi Harga Beras Naik di Tengah Rekor Stok Terbesar, Sarmuji Desak Bulog Segera Gelontorkan ke Pasar

Politisi Golkar Itu Soroti Kontradiksi di Lapangan, Ingatkan Stok Melimpah Harus Mampu Menekan Harga di Tingkat Rakyat

Parlemen96 Views

JAKARTA, RakyatMenilai.com – Peringatan kritis datang dari Anggota Komisi VI DPR RI, Muhammad Sarmuji, menyikapi situasi pangan nasional yang dinilainya paradoks. Di satu sisi, Perum Bulog mencatat sejarah dengan memiliki cadangan beras terbesar sepanjang masa. Namun di sisi lain, harga komoditas pokok tersebut di pasaran tetap merangkak naik, bahkan di tingkat eceran.

​Menurut data terbaru dari Perum Bulog, stok beras nasional Indonesia mencapai angka fantastis, yaitu 4.251.259 ton. Angka ini terdiri dari cadangan pemerintah sebesar 4.237.120 ton dan stok komersial sekitar 14.139 ton.

​Capaian tersebut merupakan rekor tertinggi sejak Bulog didirikan pada 1969, menandai cadangan pangan nasional yang melimpah.

​Namun, di tengah catatan sejarah ini, Sarmuji melihat adanya kontradiksi di lapangan. Harga beras premium, medium, dan SPHP justru cenderung naik.

​”Stok beras kita mencetak sejarah, tetapi ada kontradiksi ketika harga tetap naik,” kata Sarmuji di Jakarta, Jumat (22/8/2025).

​Menurut Sarmuji, stok yang melimpah itu tidak boleh hanya menjadi angka yang tercatat di gudang. Cadangan beras tersebut, tegasnya, harus segera digelontorkan ke pasar untuk menekan harga dan memastikan dapat terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

​Mekanisme operasi pasar, kata Sarmuji, perlu diperluas secara signifikan. Terutama di wilayah-wilayah yang menunjukkan tren harga tinggi.

​Ia menekankan bahwa pemerintah, bersama Bulog, harus lebih agresif dalam memastikan distribusi beras berjalan cepat, tepat, dan merata. Cadangan beras yang melimpah harus benar-benar memberi dampak positif pada stabilitas harga.

​Sebagai Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi perdagangan hingga BUMN, Sarmuji mengingatkan agar momentum cadangan beras terbesar ini tidak hanya menjadi catatan di laporan resmi. Manfaatnya, menurutnya, harus benar-benar dirasakan oleh rakyat melalui stabilisasi harga.

​Sarmuji menekankan bahwa ketersediaan pangan dan keterjangkauan harga harus berjalan seiring. Keduanya sama penting dalam memastikan masyarakat tidak hanya mendapat pasokan yang cukup, tetapi juga mampu membelinya.

​“Ketersediaan pangan adalah satu hal, keterjangkauan harga adalah hal lain. Keduanya harus berjalan seiring agar masyarakat terlindungi,” ujarnya.

​Sarmuji menyebut percepatan distribusi menjadi kunci utama, mengingat Bulog sudah memiliki kapasitas dan instrumen yang memadai. Menurutnya, semua itu tinggal dimaksimalkan agar manfaat dari stok beras besar segera dirasakan oleh masyarakat.

​”Kuncinya ada di percepatan distribusi. Jangan sampai rekor cadangan pangan ini hanya tercatat di laporan, tapi rakyat masih menjerit karena harga beras tinggi,” kata legislator itu.

​Menurut data Panel Harga Bapanas per Jumat, 22 Agustus 2025, harga beras premium secara nasional berada di angka Rp16.237 per kg, naik dari harga sebelumnya Rp16.089. Harga beras medium juga naik tipis dari Rp14.320 menjadi Rp14.322 per kg, sementara beras SPHP turun sedikit menjadi Rp12.587 per kg.

​Sarmuji mengajak semua pihak untuk memanfaatkan momentum ini secara optimal agar tidak tercipta ironi yang menyakitkan di masyarakat, di mana beras melimpah di gudang tetapi tetap mahal di pasar.