Perjanjian Jepara 1677: Demi Tahta Mataram, Amangkurat II Gadaikan Kerajaannya ke VOC!

Daerah457 Views

Jepara, 1677—sebuah peristiwa kelam dalam sejarah Jawa terjadi. Kesultanan Mataram yang dulu gagah, kini bertekuk lutut di hadapan VOC (Belanda). Semua berawal dari pemberontakan besar Trunajaya, yang mengguncang kekuasaan Amangkurat I hingga akhirnya sang raja wafat dalam pelarian. Putranya, Amangkurat II, dalam keputusasaan, memilih langkah yang menentukan nasib Mataram: meminta bantuan VOC!

Namun, apakah Belanda benar-benar datang untuk “menyelamatkan” Mataram? Atau justru menjeratnya dalam utang dan pengkhianatan yang tak berujung?


Ketika Pewaris Tahta Mataram Memohon ke Belanda!

Kekacauan melanda Mataram sejak pemberontakan Trunajaya meletus. Pasukan Madura yang dipimpinnya berhasil merebut istana, memaksa Amangkurat I melarikan diri hingga wafat di Tegal. Amangkurat II yang seharusnya naik tahta, malah tak punya kekuatan untuk merebut kembali kerajaannya.

Terdesak dan tak punya pilihan lain, ia melangkahkan kakinya ke Jepara—tempat VOC menunggu dengan tangan terbuka, tapi juga dengan syarat yang mencekik. Di sinilah, Perjanjian Jepara 1677 ditandatangani.


Isi Perjanjian: Mataram “Menjual Diri” ke VOC!

Bukan tanpa alasan perjanjian ini dianggap sebagai awal dari jatuhnya kedaulatan Mataram ke tangan Belanda. Isi kesepakatannya sangat berpihak pada VOC:

  1. VOC akan membantu Amangkurat II merebut kembali tahta Mataram dari Trunajaya.
  2. Sebagai imbalan, Mataram harus menyerahkan wilayah pesisir strategis, termasuk Jepara dan Semarang!
  3. Mataram juga wajib membayar seluruh biaya perang yang dikeluarkan VOC.
  4. Belanda memperoleh hak dagang eksklusif di seluruh wilayah Mataram.

Sebuah kesepakatan yang tampaknya “menguntungkan” di awal, tapi justru mengantarkan Mataram ke jurang kehancuran.


Dibantu VOC, Tapi Dibuat Miskin!

Setelah perjanjian ditandatangani, VOC benar-benar membantu Amangkurat II mengalahkan Trunajaya. Tapi tentu saja, bantuan ini datang dengan harga yang sangat mahal.

  • VOC mulai menguasai pelabuhan-pelabuhan penting, mengambil alih perdagangan Mataram.
  • Utang Mataram ke Belanda membengkak, membuat kerajaan ini semakin bergantung pada VOC.
  • Amangkurat II memang kembali bertahta, tapi hanya sebagai “raja boneka” di bawah bayang-bayang Belanda.

Trunajaya sendiri akhirnya berhasil ditangkap pada tahun 1679. Namun ironisnya, bukan VOC yang mengeksekusinya, melainkan Amangkurat II sendiri!


Awal Mula Mataram Jatuh ke Pelukan Kolonialisme

Perjanjian Jepara 1677 bukan hanya sekadar kesepakatan politik, tapi awal dari keterpurukan Kesultanan Mataram.

Sejak saat itu, VOC semakin leluasa mengatur kerajaan, menjadikan Mataram tidak lebih dari alat bagi kepentingan Belanda. Perjanjian ini adalah awal dari intervensi kolonial yang akhirnya membuat Mataram kehilangan kejayaannya!

Lalu, apakah Amangkurat II benar-benar menyelamatkan Mataram, atau justru menjadi raja yang menyerahkan kerajaannya sendiri?


Perjanjian ini menjadi bukti betapa politik VOC begitu licik, dan bagaimana sebuah kerajaan besar bisa jatuh bukan hanya karena perang, tetapi juga karena perjanjian yang tampaknya “menguntungkan” di awal, tapi menjadi jerat yang tak terlepas!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *