Bahlil Lahadalia dan Manisnya Janji Tebu: Akankah Merauke Jadi Jawaban Transisi Energi?

Menteri ESDM Dorong Konversi Energi Berbasis Tebu Mirip Brasil, di Tengah Ketergantungan Impor Etanol dan Metanol Indonesia yang Semakin Mendesak

Menteri328 Views

rakyatmenilai.com– Di tengah desakan global untuk segera beralih ke energi bersih, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) kita, Bahlil Lahadalia, tampil dengan sebuah gagasan yang cukup… menyegarkan. Beliau menyerukan adopsi konversi energi berbasis tebu, mengacu pada kesuksesan Brasil. Sebuah ide yang, jujur saja, terdengar begitu menjanjikan.

Bayangkan, di tengah keraguan akan kemampuan kita mengurangi emisi dan ketergantungan pada energi fosil, tiba-tiba tebu hadir sebagai solusi potensial! Brasil, menurut Bahlil, sudah hampir 100% menggunakan tebu sebagai bahan bakar. “Karena mereka pertaniannya bagus, etanolnya bagus, biodieselnya juga dia pemenang,” ujar Bahlil, dikutip Sabtu (19/7/2025) dari Bisnis. Perbandingan dengan Brasil ini sontak membuat kita bertanya-tanya: apakah kita sebegitu jauh tertinggal hingga harus meniru “kakak” dari benua Amerika Latin sana? Atau jangan-jangan, ini hanya sekadar narasi optimis untuk memacu percepatan transisi energi?

Merauke, Tebu, dan Ambisi Mengurangi Impor Etanol

Di balik optimisme tentang tebu, terselip kegelisahan mendalam Bahlil tentang ketergantungan Indonesia pada impor etanol dan metanol. “Kita ini kan impor etanol dan metanol ini setiap tahun,” keluhnya, seolah baru kemarin ia menyadarinya. Maka, muncullah Proyek Strategis Nasional (PSN) Food Estate Tebu di Merauke, Papua, yang konon akan menjadi kiblat baru swasembada energi tebu kita.

Seketika itu pula, kita teringat dengan proyek-proyek food estate sebelumnya yang nasibnya masih dipertanyakan. Apakah Merauke akan menjadi kisah sukses heroik, atau justru menambah daftar panjang “proyek-proyek strategis” yang hanya berakhir sebagai jejak di atas kertas, menghabiskan anggaran negara tanpa dampak signifikan? Tentu saja, hanya waktu dan hasil nyata dari lahan tebu di Merauke yang akan menjawabnya.

Pernyataan ini disampaikan Bahlil saat ia memimpin Sidang Anggota Kedua dan Ketiga Dewan Energi Nasional (DEN) Tahun 2025. Sebuah pertemuan yang juga membahas isu-isu sepenting Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang tak kunjung disahkan. RPP KEN ini, konon, akan menjadi “panduan” bagi daerah dalam menyusun perencanaan energi, serta membuka keran dana dekarbonisasi dari mana saja: APBN, APBD, atau bahkan “sumber pembiayaan lainnya dari dalam dan luar negeri.” Agak menarik memang, bagaimana dana segar dari luar negeri ini selalu menjadi pelengkap di tengah keterbatasan kas negara.

Membangun Fondasi atau Merangkai Harapan?

Di tengah semua itu, Bahlil menegaskan pentingnya pembinaan dan pendampingan teknis dari DEN. Sebuah pernyataan yang terdengar mulia, namun terkadang, rakyat hanya ingin melihat hasil nyata, bukan sekadar “pembinaan” dan “pendampingan” yang berujung pada tumpukan laporan tebal tanpa implikasi praktis.

Sidang DEN ini juga membahas usulan perubahan Keputusan Presiden Nomor 17/P Tahun 2009 terkait keanggotaan DEN unsur pemerintah. Sebuah detail kecil yang menunjukkan dinamika birokrasi, bahkan di tengah wacana besar tentang nasib energi bangsa. Dan terakhir, tentu saja, dibahas pula Indeks Perhitungan Kemandirian Energi Nasional Tahun 2024. DEN merekomendasikan peningkatan rasio penggantian cadangan energi (RRR) melalui eksplorasi, peningkatan pasokan migas dan LPG, serta pengembangan alternatif energi berbasis domestik. Semua itu terdengar sempurna di atas kertas, seperti skenario yang sudah diatur rapi.

Namun, di balik semua narasi manis ini, rakyat hanya bisa berharap. Berharap agar gagasan tebu Bahlil Lahadalia ini benar-benar membawa kita pada kemandirian energi yang hakiki, bukan sekadar harapan yang menguap seiring dengan terbitnya matahari esok hari. Apakah tebu Merauke akan menjadi penentu masa depan energi kita, atau hanya menambah deretan food estate yang perlu dievaluasi kembali? Kita tunggu saja, sambil menyeruput secangkir kopi panas, mungkin dengan sedikit gula tebu, jika ada.

Related Posts

Don't Miss