JAKARTA | RAKYAT MENILA – Ketua DPP Partai Golkar Hetifah Sjaifudian buka suara terkait usulan agar Presiden ke-2 RI, Jenderal Besar H.M. Soeharto, ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional. Politisi perempuan Partai Golkar itu menyatakan bahwa pihaknya menghormati penuh langkah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang mengajukan nama tokoh sentral Orde Baru tersebut sebagai bagian dari daftar calon pahlawan nasional tahun 2025.
“Ya tentu kita menghargai usulan tersebut dan kami sebagai, ya tentu saja bagian dari Golkar akan men-support apapun hal yang positif untuk kepentingan bangsa,” ujar Hetifah saat ditemui di Hotel Pullman, Jakarta Barat, Senin (21/4/2025), dikutip dari Antara.
Pernyataan Hetifah menandai sikap Golkar yang tetap solid memberikan tempat terhormat bagi sosok yang pernah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade. Meski enggan masuk dalam polemik, Hetifah menyerahkan sepenuhnya proses dan keputusan kepada lembaga-lembaga terkait.
“Kami serahkan sepenuhnya kepada Kementerian Sosial dan MPR yang terlibat langsung dalam rencana tersebut,” ucapnya singkat namun penuh makna.
Untuk diketahui, Kementerian Sosial melalui Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sebelumnya telah menggodok daftar nama calon Pahlawan Nasional 2025. Sebanyak sepuluh tokoh disebut masuk dalam pembahasan, dengan empat nama merupakan usulan baru, dan enam lainnya merupakan pengajuan kembali dari tahun-tahun sebelumnya.
Di antara nama-nama besar tersebut, tercantum nama Soeharto—Presiden yang tidak hanya mewariskan stabilitas nasional, tetapi juga meninggalkan jejak sejarah panjang yang hingga kini masih menjadi bahan diskusi politik dan sejarah di berbagai kalangan.
Adapun tokoh-tokoh lain yang kembali masuk dalam daftar antara lain Presiden ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), K.H. Bisri Sansuri, Idrus bin Salim Al-Jufri, Teuku Abdul Hamid Azwar, dan K.H. Abbas Abdul Jamil.
Sementara tokoh-tokoh baru yang diajukan tahun ini termasuk Anak Agung Gede Anom Mudita dari Bali, Deman Tende dari Sulawesi Barat, Prof. Dr. Midian Sirait dari Sumatera Utara, serta K.H. Yusuf Hasim dari Jawa Timur.
Langkah ini membuka kembali ruang diskusi nasional mengenai siapa yang layak menyandang gelar Pahlawan Nasional—bukan sekadar berdasarkan jasa politik, tapi juga ketokohan dan dampaknya terhadap arah perjalanan bangsa.
Sebagai wakil rakyat dan kader Golkar, Hetifah menegaskan posisinya: mendukung setiap langkah yang dinilai baik bagi bangsa. Dan bagi Partai Golkar, mengenang jasa Soeharto bukan hanya soal sejarah, tapi juga tentang menghargai jejak pengabdian yang telah membentuk fondasi republik ini.
Sumber: golkarpedia