Surakarta, Rakyat Menilai — Mediator dan Alumnus Magister Resolusi Konflik UGM, Dina Hidayana melihat mundurnya Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, sekalipun dimaknai sebagian publik sebagai peristiwa langka dan memprihatinkan.
Namun menurut Dina Hidayana, tidak ada pilihan bagi para kader Partai Golkar untuk segera melakukan salutogenesis, yakni mencegah, memperkuat dan menyembuhkan berbagai penyakit yang mendera untuk menghasilkan kesehatan parpol yang optimal. Hal tersebut seiring dengan Video pengunduran diri Airlangga Hartarto secara mendadak, Minggu (11/8).
“Partai politik (Parpol) di Indonesia memiliki tantangan dan tanggung jawab yang tidak mudah ditengah berbagai persoalan internal yang mendera dan dinamika global yang semakin sulit diprediksi,” ujar Dina Hidayana kepada redaksi Golkarpedia melalui keterangan tertulis pada (13/08).
Sementara itu, berbagai kritik terkait eksistensi dan kemanfaatan partai politik di Indonesia menjadi pemandangan sehari-hari yang dilayangkan oleh publik. Mereka terus mempertanyakan kemerosotan yang serius dalam beberapa dekade terakhir. Kecenderungan sistem Pemilu beberapa fase terakhir dianggap membuka kerentanan demokrasi hingga mengikis nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Degradasi parpol dikuatirkan bermuara pada masifnya kepemimpinan transaksional nir visi dan minim kualitas yang membahayakan bangsa dalam jangka panjang. Kekuatan Parpol berpotensi semakin lemah dalam mengagregasi kepentingan, men-deliberasi kebijakan dan mengkomunikasikan secara efektif tujuan bersama apabila tidak ada aksi progresif,” tambah politisi muda Partai Golkar ini.
Dina juga mengingatkan bahwa pembenahan partai politik merupakan tugas bersama, yang tidak bisa dibebankan pada aktivis dan kader parpol semata. Karenanya tugas mengawasi kinerja partai politik juga menjadi tanggung jawab masyarakat secara luas.
“Parpol menjadi hulu strategis lahirnya pemimpin-pemimpin bangsa di semua tingkatan dan elemen trias politica yang pada akhirnya sangat menentukan kualitas bangsa dan generasi masa depan. Karenanya, tidak ada alasan bagi masyarakat awam sekalipun untuk mengabaikan peran dan eksistensi parpol,” urai srikandi asli Solo ini.
Berbicara mengenai eksistensi kepartaian, Dina menyinggung soal keberadaan Partai Golkar sebagai salah satu Parpol besar yang sangat penting dan bersejarah. Partai Golkar Lahir di tahun 1964 dari proses kolaborasi berbagai kekuatan, yang dikenal dengan Sekretariat Bersama (Sekber) Golkar.
“Sampai saat ini (Partai Golkar) terus berkomitmen mengawal Pemerintahan yang sah. Kehandalan Golkar dan kader-kadernya telah teruji, bukan saja dalam menjalankan fungsi pemerintahan namun juga dalam menghadapi berbagai tekanan eksternal dan konflik internal,” jelasnya.
Keterpurukan Indonesia dalam zona kemiskinan akut dan hiper inflasi mencapai 600% di tahun 1963-1965 era demokrasi terpimpin, berhasil diatasi berkat kepiawaian Partai Golkar, terlepas dari berbagai kekurangan yang melekat di masa itu.
Bahkan, sekalipun berkali-kali mengalami friksi dan disharmoni kepemimpinan, Golkar terus melaju sebagai pemenang pemilu, terakhir di Pemilu 2024 posisi kedua nasional. Karenanya ia tidak meragukan kepiawaian Partai Golkar dalam mengatasi berbagai persoalan internal.
“Salutogenesis, karenanya perlu dilakukan untuk memastikan Partai besar ini tidak terus turbulensi dan kehilangan marwahnya. Golkar dalam jasanya di sepanjang perjalanan bangsa perlu dipertahankan sebagai historical or heritage party. Soliditas, kesadaran kolektif dan visi bersama menjadi kuncinya, selain tentunya peran aktivis dan masyarakat sipil sebagai party watchdog,” tegas Dina.
Artikel ini telah tayang di golkarpedia.com dengan judul: Dina Hidayana: Salutogenesis Golkar, Parpol Seksi Nan Menawan