Jakarta, Rakyat Menilai — Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Nurul Arifin menceritakan perjalanannya menjadi politikus sejak awal mula terjun hingga jadi anggota legislatif saat ini. Nurul mengungapkan, dirinya tidak ujug-ujug menjadi politikus dan bergabung di Golkar, tapi ada prosesnya.
“Karena ada proses waktu itu setelah saya main film banyak, kemudian saya menjadi aktivis peduli AIDS, aktivis perempuan, aktivis anti narkoba. Dan kemudian ketika lahir aturan yang mengharuskan 30 persen calon perempuan di Pemilu 2004,” kata Nurul dalam diskusi Dialektika Demokrasi bertajuk “Potensi Caleg Artis dan Influencer di Pemilu 2024”, di Media Center Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (27/6/23).
Nurul mengungkapkan, dulu kalangan artis di politik hanya dijadikan sebagai vote gather (pengumpul suara), namun dalam perjalanannya ketika undang-undang pemilu nomor 12 tahun 2004 lahir, artis tidak hanya sebagai vote gather, tapi juga punya kesempatan untuk bisa maju juga sebagai caleg.
“Di Golkar sendiri caleg yang artis itu jarang banget, karena kami waktu masuk ke Golkar itu tidak ada karpet merah, jadi seperti masuk hutan rimba,” .
Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar Nurul Arifin
“Di Golkar sendiri caleg yang artis itu jarang banget, karena kami waktu masuk ke Golkar itu tidak ada karpet merah, jadi seperti masuk hutan rimba,” ungkap Anggota Komisi I DPR RI ini.
Nurul mengungkapkan, di Pemilu tahun 2004, sebagai artis dirinya benar-benar dijadikan vote gather.
“Kita ini sebagai artis dijadikan vote gather benar-benar dengan iming-iming kan kursinya dua, pasti kalau Nurul masuk kursinya bisa 3 gitu. Kita kan masih baru, naif dan belum paham betul dunia partai itu seperti apa, kita menerima nomor 3, akhirnya walaupun suara saya terbanyak pada saat itu, ada 89.000 suaranya, tapi hangus karena sistem tertutup maka diberikan ke nomor berikut di atas saya,” beber Nurul.
Pada tahun 2009, Nurul kembali maju mencalonkan diri sebagi caleg. Saat itu, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa sistem pemilu terbuka. “Nah itu sih saya udah double-dobel menang deh, udah nomor satu, sistemnya terbuka, akhirnya ya pada saat itulah saya masuk pertama kali tahun 2009,” terang Nurul.
Kita kan masih baru, naif dan belum paham betul dunia partai itu seperti apa, kita menerima nomor 3, akhirnya walaupun suara saya terbanyak pada saat itu, ada 89.000 suaranya, tapi hangus karena sistem tertutup maka diberikan ke nomor berikut di atas saya,”.
Nurul Arifin
Ketika pemilu 2014, Nurul Arifin kembali maju di dapil yang sama Karawang Purwakarta sudah ditambah dengan Bekasi, namum dia gagal melenggang ke Senayan. Namun, kegagalannya tidak membuat dirinya berhenti berpolitik. Di tahun 2019, dia kembali maju dan berhasil lolos menjadi Anggota DPR RI.
“Saya waktu itu dikasih nomor tiga di 2019 sama Pak Airlangga, terus saya bilang ke Pak ketua umum dan kemudian ke Pak sekjen, saya minta di nomor 4 aja enggak usah di nomor 3. Kenapa? Saya bilang Golkar nomor 4, supaya gimiknya gampang,” pungkasnya.
Artikel ini sudah tayang di golkarpedia.com pada hari Rabu, 28 Juni 2023 >>Judul Artikel: Kisah Nurul Arifin: Awal Karir Sebagai Politisi, Hanya Jadi Pengumpul Suara Di Pemilu